EBC menganalisis bagaimana data ekonomi yang lebih kuat, penyesuaian kebijakan, dan risiko perdagangan dengan AS yang belum terselesaikan mengubah prospek aset Korea
Perekonomian Korea Selatan tumbuh pada laju tercepatnya dalam lebih dari setahun pada kuartal kedua 2025, menantang ekspektasi pelonggaran moneter jangka pendek, bahkan ketika ketegangan perdagangan dengan AS mengaburkan prospek. Kami menyoroti bagaimana konvergensi antara data domestik yang lebih kuat dan risiko kebijakan eksternal membentuk kembali posisi investor di obligasi, valuta asing, dan ekuitas sektoral.
Bank of Korea (BoK) mempertahankan suku bunga acuannya di level 2,50% dalam pertemuan 10 Juli—langkah yang awalnya dipandang sebagai jeda hati-hati dalam siklus pelonggaran yang lebih luas. Namun, dalam beberapa minggu terakhir, data ekonomi makro telah mengubah gambaran tersebut secara signifikan. Berdasarkan estimasi awal bank sentral yang dirilis pada 24 Juli, PDB naik 0,6% secara kuartalan, melampaui proyeksi konsensus sebesar 0,5% dan membalikkan kontraksi 0,2% pada kuartal sebelumnya.
"Rebound Korea Selatan dibangun di atas momentum ekspor yang solid, namun pasar tidak boleh menganggap hal ini meniadakan risiko penurunan," ujar David Barrett, CEO EBC Financial Group (UK) Ltd. "Pertumbuhan, kehati-hatian kebijakan, dan ketidakpastian tarif saling beririsan. Itulah yang membuat saat ini sangat sensitif bagi penentuan posisi lintas aset."
Ekspansi pada Q2 didorong oleh lonjakan ekspor sebesar 4,2%, terutama dari semikonduktor dan produk petrokimia—menandai kinerja terkuat sejak Q3 2020. Konsumsi swasta juga naik 0,5%, didorong oleh peningkatan pengeluaran untuk kendaraan bermotor dan layanan terkait budaya. Belanja pemerintah menyumbang tambahan 1,2%.
Namun, titik-titik lemah masih terlihat. Investasi fasilitas dan investasi konstruksi turun masing-masing 1,5%, mengindikasikan kerapuhan yang terus berlangsung dalam belanja modal korporasi dan momentum infrastruktur. BoK mencatat bahwa ekspor neto dan permintaan domestik masing-masing menyumbang 0,3 poin persentase terhadap pertumbuhan kuartalan, menyoroti keseimbangan yang rapuh antar faktor pendorong.
Kenaikan ekonomi ini juga mengikuti berakhirnya krisis politik selama berbulan-bulan. Pemilihan presiden mendadak pada 3 Juni mengakhiri ketidakpastian institusional setelah Mahkamah Konstitusi mengukuhkan pemakzulan mantan Presiden Yoon Suk Yeol pada April. Meskipun transisi tersebut memulihkan kepercayaan pasar, investor tetap mencermati sinyal kebijakan dari Seoul maupun luar negeri.
Titik kritis yang perlu diperhatikan adalah tenggat waktu 1 Agustus yang terkait negosiasi perdagangan dengan AS. Usulan tarif timbal balik sebesar 25% dari Presiden Donald Trump terhadap Korea Selatan, yang diumumkan pada April, saat ini ditangguhkan sambil menunggu hasil perundingan. Meski belum diberlakukan, industri utama seperti otomotif dan baja sudah terdampak oleh tarif tinggi berbasis produk.
Perkembangan terbaru menunjukkan meningkatnya ketidakpastian. Pertemuan terjadwal dengan Menteri Keuangan AS Bessent dibatalkan secara mendadak, dan pejabat Korea kini menggambarkan proses negosiasi sebagai memasuki "fase kritis." Gagalnya kesepakatan berpotensi memicu eskalasi tarif, yang dapat menghidupkan kembali volatilitas ekspor dan pasar valuta asing Korea.
Meski PDB naik pada Q2, BoK tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan 0,8% untuk tahun 2025, dengan alasan lemahnya konsumsi yang berkelanjutan dan bayang-bayang kebijakan perdagangan AS.
Bagi investor, pertumbuhan Q2 Korea Selatan yang sedikit melampaui ekspektasi telah mengurangi urgensi untuk pemangkasan suku bunga lanjutan, sehingga memicu penyesuaian pada kurva imbal hasil di tengah berlanjutnya risiko arus modal. Di pasar valuta asing, won Korea (KRW) masih sensitif terhadap volatilitas terkait perdagangan, dengan pergerakan USD/KRW kemungkinan besar akan merespons langsung perkembangan seputar tenggat tarif 1 Agustus. Pasar saham juga menunjukkan pembagian respons: sektor ekspor seperti otomotif dan baja berisiko terkoreksi jika negosiasi gagal, sementara konsumsi domestik dan industri yang berkaitan dengan AI berpeluang mendapat dukungan dari stimulus fiskal yang sedang berjalan.
Dengan data jangka pendek yang menguat namun dibayangi oleh risiko jangka menengah, kami terus membimbing klien untuk menafsirkan dinamika makro Korea melalui pendekatan taktis dan lintas aset. Di tengah kehati-hatian kebijakan bank sentral, diplomasi perdagangan, dan penyesuaian fiskal, Korea Selatan tetap menjadi pasar penting yang patut dipantau pada paruh kedua tahun ini.
Penafian: Artikel ini mencerminkan pengamatan EBC Financial Group dan seluruh entitas globalnya. Artikel ini bukan nasihat keuangan atau investasi. Perdagangan komoditas dan valuta asing (FX) mengandung risiko kerugian yang signifikan, yang berpotensi melebihi investasi awal Anda. Konsultasikan dengan penasihat keuangan yang berkualifikasi sebelum membuat keputusan perdagangan atau investasi apa pun, karena EBC Financial Group dan entitasnya tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul akibat mengandalkan informasi ini.
Pasar tidak memperkirakan adanya perubahan suku bunga pada FOMC bulan Juli, tetapi nada bicara Powell mungkin mengisyaratkan pelonggaran ke depannya, yang berdampak pada ekuitas, emas, dan dolar.
2025-07-28EBC Financial Group menganalisis upaya sulit Asia Tenggara dalam menyeimbangkan kepentingan strategis di tengah meningkatnya ancaman tarif dari AS.
2025-07-28Euro menguat pada hari Senin setelah AS dan UE mengumumkan kesepakatan perdagangan, yang menjadi bagian dari serangkaian langkah untuk mencegah terjadinya perang dagang global.
2025-07-28